Di sebuah tempat terlihat gadis sedang tidur dengan kerutan di
dahinya tergambar jelas bahwa tidurnya sedang terganggu,entah karena bermimpi
buruk atau karena hal lain.
Fidya Anindita, ya gadis yang sedang tidur itu adalah dia. Gadis
yang campuran tanah jawa dan sumatra yang terpaksa harus berpisah dengan kedua
orang tuanya demi mewujudkan mimpinya.
Jogja adalah kota pilihannya yang akan dijadikan tempat sekaligus
kota yang akan menemani proses yang akan dia lakukan. Tepat pukul 03:05 dini hari iris mata coklat
yang semula terpejam kini terbuka lebar, dengan kesadaran yang belum sepenuhnya
terkumpul fidya bangkit dari tidurnya dan turun dari atas ranjang berjalan
sempoyongan menuju kamar mandi berniat mengambil wudu’ untuk melaksanakan
sholat tahajjud.
Tepat pada rokaat terkahir dalam sujud panjangnya ia menjatuhkan
air mata yang sejak tadi di bendungnya agar tidak terjatuh. Ara yang baru
datang dari dapur berhenti d ambang pintu ketika melihat fidya yang sedang
terisak dalam sujud sholatnya, ia memilih mengurungkan niatnnya untuk masuk ke
kamar yang mereka tempati dan memilih pergi karena tidak ingin mengganggu
kekhusu’an sholat fidya.
Ara tersentak begitu fidya memeluknya dari arah samping dengan
mukena yang masih ia kenakan. Ara mengeratkan pelukannya pada tubuh fidya yang
bergetar karena menangis dan mengelus punggung sahabatnya untuk menenangkan.
“Kenapa..?” tanya Ara lembut.
“aku takut ra..” ujar fidya ydengan nada lirih.
“Takut kenapa ? ada yang jahatin kamu ?” tanya Ara lagi dengan raut
wajah yang masih tenang.
“Nnga’...aku takut gabisa menjadi apa yang biunda dana ayah
inginkan, aku ngerasa aku gak mampu untuk mewujudkan keinginan mereka, ini
terlalu berat buat aku...hiks” lirih fidya.
“Terus kamu mau nyerah gitu ?”.
Fidya menggeleng “aku satu-satunya harapan mereka, aku gamau buat
mereka kecewa lagi” jawab fidya dengan sisa isakannya.
“kalo kamu gak mau ngecewain mereka jadi kamu harus bangkit
wujudtin harapan mereka dan mampi kamu. Semua orang ingin berhasil tapi tak
jarang juga harus merasakan kegagalan, kita berjuang sama-sama ya, buat dapetin
apa yang kita impikan selama ini, jangan jadikan kegagalan sebuah keberhentian
tapi jadikanlah kegagalan itu cambuk semangat untuk proses yang pernah
tergagalkan” ucap Ara dengan nada meyakini.
“Makasih Ra atas nasehat nya, aku beruntung banget punya sahabat
kayak kamu” ujarnya tulus.
“Semangat dong, jogja nunggu keberhasilan kita loh” ujar Ara dengan
penuh semangat tak lupa dengan senyum khas gadis itu.